Rabu, 05 November 2008

Menyoal Video Klip "Malaikat Juga Tahu"

(surat terbuka untuk Dewi "Dee" Lestari)

Dear mbak Dewi,
Tanggal 4 kemaren di Jatim kan pilkada, aku libur mbak,dan punya kesempatan santai-santai di rumah, jadi aku bisa nonton Olga Saputra, Tika Panjaitan, dan Raffi Ahmad lagi memandu acara "Dahsyat" di RCTI, rame dan lucu. Tiba-tiba ada video klip "malaikat juga tahu", lagunya mbak Dewi tuch. Aku pernah baca di majalah atau koran apa ya... kalo mbak Dewi bikin buku sekalian di dalamnya ada cd lagunya, setiap judul satu lagu... yach di antaranya lagu "malaikat juga tahu" ini. Aku membaca sinopsisnya mbak, dan membekas dalam ingatanku judul yang ini, tentang cinta segitiga seorang gadis pada pemuda autis dan adiknya yang lulusan luar negeri, itu kalo aku ga salah lho mbak, soalnya aku sekarang suka lupa mbak, kebanyakan utang kali, he-he...

Nah, waktu kulihat visualisasi orang dewasa autistik di video klip itu aku agak sedikit miris mbak, memang sudah survey kemana aja mbak sebelum bikin video klip itu? Yah, sebagai ibu seorang anak autis aku jadi sedih melihatnya, atau jangan-jangan memang aku yang ga pernah tahu kalo ada yang seperti itu ya mbak... entahlah....

Kalo individu autistik itu tidak mendapatkan penanganan yang baik sejak dini, bisa jadi akan seperti itu ya mbak.... Aku cuma khawatir masyarakat pada umumnya akan mengira bahwa autis adalah seperti itu.... kesannya seperti orang dengan keterbelakangan mental; seperti yang tidak sengaja tergambarkan dalam video klip itu. Padahal dengan intervensi dini dan kesabaran ekstra individu autistik dapat hidup lebih baik dan bermasyarakat serta dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya....katanya sich sudah ada yang jadi doktor lho... yah, walopun itu bergantung juga pada seberapa parah spektrum autis yang dideritanya....

Btw, senang juga karena sekarang orang banyak lebih tahu tentang autis, setidaknya pernah dengar atau bacalah, gitu. Semoga ke depan penanganan individu autistik bisa mendapat perhatian lebih banyak dari pemerintah dan masyarakat pada umumnya, karena kan semakin banyak anak-anak terdeteksi autis... hik-hik... jadi sedih...

Buat ibu-ibu yang senasib dengan aku, jangan patah semangat ya... kita musti meniru filosofi bola bekel.... setiap dilempar ke lantai dia akan melenting lagi, begitu seterusnya... yah, mudah-mudahan daya lenting bola bekel itu bisa kita tiru. Ke depan hari-hari kita tak akan mudah, tapi insya Allah kita akan kuat. Jangan berhenti berusaha dan berdo'a, karena setiap penyakit pasti ada obatnya, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Semangat....semangat....semangat!!! (ini sih omongannya Sanchai dalam Meteor Garden F4 he-he...)

Mbak Dewi, aku sebenarnya ga yakin surat ini bisa kebaca oleh mbak atau ga, soalnya blogku ini kan masih amatiran, dan aku belum sempat belajar untuk mempercantik tampilannya. Tapi setidaknya aku sudah lega menulis uneg-unegku di sini.

Terima kasih...


0 komentar: